Seni Lukis

Pengertian Seni Lukis
Seni lukis merupakan cabang seni rupa yang cara pengungkapannya diwujudkan melalui karya dua dimensional. Unsur-unsur pokok dalam karya dua dimensional adalah garis dan warna, hal ini sesuai dengan pendapat Soedarso Sp (1990: 11) yang menjelaskan bahwa:
Seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna. Apabila sesuatu lukisan unsur garisnya menonjol sekali seperti karya-karya yang dibuat dengan pena atau pensil, maka karya tersebut disebut ”gambar”, sementara itu ”lukisan” adalah yang kuat unsur warnanya.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara lukisan dan gambar. Unsur garis dan warnalah yang menentukan suatu karya dua dimensional dapat dikatakan lukisan atau gambar. Jika pada gambar unsur yang kuat adalah garis, maka sebaliknya, pada lukisan unsur yang paling kuat adalah warna.
Dalam membuat karya yang berbentuk lukisan atau yang lazim disebut dengan melukis, pada umumnya adalah dengan memberikan warna pada bidang dua dimensional dengan bentuk-bentuk sesuai dengan keinginan pelukis. Berkaitan dengan hal ini, Humar Sahman (1993: 55) menjelaskan bahwa: ”Melukis atau membuat karya dalam bentuk lukisan adalah membubuhkan cat (yang kental maupun cair) diatas permukaan yang datar, yang ketebalannya tidak ikut diperhitungkan, sehingga lukisan itu sering dilihat sebagai karya dua dimensi”.
Lukisan merupakan karya seni yang termasuk dalam kategori seni murni atau fine art. Seni murni adalah seni yang berdiri sendiri atau tidak memberikan manfaat atau jasa bagi benda lain, hal ini merupakan kebalikan dari seni terapan atau applied art. Seni terapan adalah seni yang menyertai benda yang mempunyai manfaat tertentu. Mike Susanto (2003: 20) menjelaskan bahwa: ”Jasa, bermakna karya seni sebagai benda seni yang memiliki atau tidak memiliki manfaat atau jasa, atau pengelompokkan dengan istilah Fine Art (seni murni sebagai benda seni) dan Applied Art (seni pakai)”. Berkaitan dengan penggolongan seni lukis sebagai seni murni ini, Soedarso Sp (1990: 9) menjelaskan bahwa: .
Lukisan tergolong sebagai seni murni, karena dalam penciptaannya si Seniman hanya diikat oleh persyaratan yang ada dalam seni lukis itu sendiri, dan tidak harus mengingat di mana lukisan itu akan di pasang, berapa nanti harga nominalnya, ataupun gaya yang bagaimana yang akan disukai oleh pembelinya.

Hal-hal Pokok Dalam Karya Seni Lukis
Keberadaan karya seni lukis adalah karena tampilnya unsur-unsur rupa yang secara fisik dapat dilihat. Unsur-unsur ini berupa garis, bidang, warna, tekstur dan sebagainya. Dalam sebuah karya lukis, unsur- unsur tersebut tidak harus selalu hadir secara lengkap, namun unsur-unsur ini dicipta oleh seniman dalam mewujudkan sesuatu yang diungkapkan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Berkaitan dengan unsur-unsur ini, Soedarsono (1992: 169) mengemukakan pendapatnya bahwa:
Kepekaan seniman terhadap unsur-unsur rupa melahirkan pertimbangan nilai-nilai estetik berdasarkan rancangan atau desain tertentu. Hasil pertimbangan nilai-nilai seni ini dapat dihayati oleh mereka yang telah terlatih dalam apresiasi seni rupa, mereka yang telah terbiasa berkomunikasi dengan seni rupa. Nilai seni sebuah karya seni rupa tidak semata-mata, tetapi juga pada nilai kejiwaan yang mampu menyampaikan pesan spiritual seniman. Nilai spiritual ini dapat dibalik fisik dari karya seni rupa, dibalik bahasa rupa atau bahasa perlambangan dari penciptanya.

Hal-hal penting atau pokok pemikiran tentang karya seni lukis menurut berbagai sumber/ para ahli dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Bentuk atau Dimensi
Karya seni lukis merupakan karya dua dimensional, sebab dimensi yang ditampilkan hanya dua, sedangkan dimensi ketiga tidak diperhitungkan, meskipun masih mungkin menampilkan wujud tiga dimensi yang sifatnya semu, misalnya pada relief, lukisan dengan cat tebal dan sebagainya.
b. Pengelompokan atau kategori
Pengelompokan yang terkait dengan seni lukis adalah bahwa seni lukis bermanfaat sebagai seni murni. Seni murni adalah seni yang berdiri sendiri, artinya sebuah benda seni tidak menyertai fungsi benda lain.
c. Fungsi
Pendapat Edmund Burke Fieldman dalam Mike Susanto (2003: 20) menjelaskan bahwa: ”Tiga fungsi yaitu: the personal fuction (Seni sebagai ekspresi psikologis), the social function (kepentingan ideologis dan politis serta sosial kemasyarakatan), dan the physical function (seni dibebankan pada kegiatan fisik, seperti seni bangun, interior, seni publik, kerajinan dan industri).
d. Struktur Desain
Desain sebagai struktur visual terdiri dari komponen atau unsur-unsur visual, antara lain:
1). Garis
Garis adalah suatu rentetan dari titik-titik yang saling berhimpit, merupakan bentuk abstrak yang tidak dada di alam, artinya sekedar ilusif yang memberikan kesan imajinatif tertentu. Bentuk garis ada tiga macam, yaitu garis lurus, garis lengkung dan garis patah-patah.
Garis dapat memberikan kesan tertentu sebagai mediua ungkap. Garis sangat besar artinya pada hasil akhir sketsa atau drawing, dimana setiap goresan memberi kesan tertentu.
2). Bidang
Bidang atau shape menurut Dharsono (2003: 34) adalah: ”suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh garis atau warna yang berbeda, atau oleh gelap terang arsiran karena adanya tekstur. Dalam seni lukis, shape digunakan sebagai simbol perasaan seniman dalam menggambarkan hasil subject matter”.
Ada berbagai teknik untuk menghasilkan bidang ini, misalnya dengan sapuan kuas, goresan, garis dan sebagainya. Pembuatan bidang sangat berkaitan dengan proporsi, keseimbangan, maupun komposisi. Pada dasarnya bidang merupakan penyatuan dari garis- garis yang arahnya tidak sama dan saling bertemu atau saling berpotongan, jadi suatu bidang dikelilingi oleh garis-garis. Wucius Wong (1986: 5) menjelaskan bahwa: ”Pada permukaan dwimatra, segala bentuk pipih yang bukan titik atau garis digolongkan ke dalam bidang. Bidang dikelilingi oleh garis konsep yang menjadi pinggir bentuk tersebut. Sifat dan pertalian diantara garis-garis tersebut menentukan raut bidang”.
3). Warna
Di dalam seni lukis, warna merupakan unsur yang sangat pokok sebagai media ungkap seniman. Warna terbentuk karena pigmen-pigmen dari cat memiliki daya pantul cahaya yang diterimanya dan menyerap berkas sinar tertentu. Warna kuat, kontras, gelap, terang maupun lembut, merupakan hasil dari pengaruh daya pantul cahaya yang diterima oleh pigmen atau cat yang berbeda-beda.
Pada seni lukis modern, peranan warna tidak hanya sebagai kumpulan dari pigmen, tetapi warna dapat memberi arti selain secara fisik menjadi unsur pada suatu lukisan. Warna merupakan media ungkap bagi seniman (pelukis), selain sebagai variasi, harmoni dan kesan tentang dimensi.
4).Gelap terang
Pada dasarnya gelap terang merupakan warna. Ada dua istilah yang berkaitan dengan warna, yaitu hue dan value. Hue adalah menunjukkan nama suatu warna (merah, kuning, biru, dan sebagainya), sedangkan value menunjukkan kepadatan, intensitas atau kekuatan warna (warna terang, warna gelap, warna kuat, warna lembut dan sebagainya).
Gelap terang atau value merupakan kesan yang ditampilkan oleh warna atau hue. Perbedaan tebal dan tipis warna dalam bentuk garis, bidang atau ruang menghasilkan irama, misalnya warna tua disusun berhimpitan dengan warna muda akan menimbulkan kesan gelap terang, dan secara visual akan terlihat sebuah kesan dimensi.
5). Tekstur
Tekstur merupakan sifat rabaan dari suatu permukaan yang secara nyata maupun imajinatif memberikan kesan tertentu, kesan ini berupa rasa halus, kasar, datar, lunak dan sebagainya. Tekstur ada dua macam, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata dapat dirasakan oleh indera peraba secara nyata, sedangkan tekstur semu hanya dapat dirasakan secara imajinatif.
Untuk menghasilkan tekstur dapat digunakan berbagai macam cara, misalnya dengan guratan-guratan, sapuan kuas, garis-garis atau dengan hasil reproduksi dari alam, misalnya permukaan kayu, batu, pasir dan sebagainya.
e. Komposisi
Komposisi merupakan susunan yang berkaitan dengan keseimbangan atau keterkaitan, atau dengan kata lain adalah cara penataan unsur-unsur visual. Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam menyusun sebuah komposisi, antara lain:
1). Kesatuan
Perpaduan antara unsur-unsur visual harus menjadi satu kesatuan ungkapan dan makna.
2). Keseimbangan
Keseimbangan adalah balance unsur-unsur garis, bidang, warna dan lain-lain yang memberikan kesan atau rasa imbang. Kesan atau rasa imbang ini bisa berupa keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan, berupa ukuran, wujud, tekstur dan lain-lain.
3). Proporsi
Proporsi merupakan hubungan antara suatu bagian dengan keseluruhan bagian atau perimbangan ukuran antar bagian, misalnya pada sebuah ruang yang kecil, apabila diisi sebuah benda yang berukuran besar tidak akan terlihat baik.
4). Irama
Timbulnya suatu irama atau rhytm adalah karena unsur-unsur yang ditata sedemikian rupa, misalnya dalam penyusunan warna, antara warna kuat dengan warna lemah (kontras, gradasi dan sebagainya), atau pada garis yang disusun secara berulang-ulang/ repetisi antara garis panjang dan garis pendek, dan sebagainya.
5). Hierarki
Hierarki merupakan penggunaan unsur-unsur visual, dengan salah satu unsurnya dibuat lebih kuat kehadirannya, sehingga dapat diproleh bagian tertentu terlihat lebih menonjol dari bagian-bagian lain untuk dapat menarik perhatian secara visual (point of interest).
6). Intensitas
Merupakan perbedaan kekuatan dari unsur-unsur yang dihadirkan pada sebuah karya lukis,misalnya garis tebal dan garis tipis, warna gelap dan warna gelap, warna kuat dan warna lemah dan sebagainya.
f. Tema
Tema atau subject matter merupakan sesuatu atau hal yang akan dihadirkan dalam karya seni. Humar Sahman (1993: 69) menjelaskan bahwa: ”subject matter merupakan hal ikhwal/ pokok persoalan / tema yang hendak diketengahkan si pelukis lewat lukisannya itu”. Tema dapat beraneka ragam atau berasal dari berbagai masalah, mulai dari sejarah, agama, mitologi, kehidupan, cerita/ kisah, pengalaman intelektual, peristiwa metafisik, alam, pemandangan dan sebagainya.
Cara menghadirkan tema dalam sebuah karya tidak terlepas dari penerapan unsur-unsur visual yang sesuai dengan kebutuhan penampilan tema tersebut, dalam menampilkan tema, terdapat beberapa pengertian pokok yang harus diperhatikan. Pengertian pokok ini, sesuai dengan penjelasan Nicholas Poussin dalam Sahman (1993: 70) adalah:
Pengertian pokok pertama adalah invention (penemuan), yaitu proses pemilihan dan penampilan tema. Pengertian pokok kedua adalah disposition (penataan/ pengaturan) yang mengacu kepada cara bagaimana tema itu berikut unsur-unsurnya seperti sikap manusianya, pewarnaan dan pencahayaan itu diatur. Pengertian berikutnya adalah design (desain), atau gambar (drawing), yang diartikan sebagai pengertian convenance (konfigurasi atau pengserasian antara wujud lahiriah dan substansi/ tokoh dalam lukisan, dari segi usia, pakaian, kedudukan ekspresi, dan sejumlah karakteristik lainnya, yang terakhir adalah style (gaya), yaitu cara kerja/ cara pendekatan pribadi si pelukis, yang memberikan aspek ornamental pada lukisannya.

g. Medium

Medium berkaitan dengan proses nyata/ lahiriah penciptaan karya seni. Medium meliputi bahan (material), alat (tool) dan teknik (technique). Teknik dalam seni lukis ada dua kategori, yaitu teknik konvensional atau teknik yang sudah biasa dipakai/ umum/ lazim dan teknik non konvensional atau teknik yang belum biasa dipakai dan bersifat pribadi. Berkaitan dengan teknik ini Bodo W. Juxtheimer dalam Sahman (1993: 78) menjelaskan bahwa:
Teknik melukis tak boleh disamakan artinya dengan gaya melukis. Masalah teknik adalah masalah ketukangan, namun sekali seorang telah memiliki/ menemukan idea yang hendak dituangkan ke dalam karya seni, maka idea itu akan segera diterjemahkan kedalam teknik yang tentunya sudah dikuasai.

Pada prakteknya, penggunaan teknik dalam melukis tidak semuanya dapat dipelajari oleh seorang pelukis. Pelukis biasanya akan membatasi teknik yang digunakan dengan beberapa teknik, bahkan satu teknik tertentu. Pemilihan tentang penggunaan teknik akan disesuaikan dengan pengembanga ide secara teknis. Macam-macam teknik dan material seni lukis yang sudah dikenal secara umum dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut:
1). Aquarelleren
Aquarelleren merupakan teknik melukis dengan cat air (transparan), yaitu lapisan cat yang ada dibawahnya atau disapukan sebelumnya atau permukaan kertas masih tampak. Pada umumnya teknik aquarel ini memakai water color dan kertas sebagai materialnya.
2). Gouache dan Plakaat
Gouache dan plakaat (plakat) merupakan teknik dengan menggunakan cat buram (opaque), penggunaan cat ini harus dalam keadaan kental, walaupun cat goache dapat juga digunakan seperti cat air atau cat aquarel, karena pigmen (butir-butir) warna lebih halus daripada pigmen cat plakat (yang lebih banyak mengandung lebih banyak zat-zat pengisi warna seperti tanah liat dan zat kapur, daripada cat gouache). Cat gouache biasanya diterakan pada karton atau celotex (karton bertekstur kasar), sedangakan bahan pengencernya adalah air.
3). Oil color
Cat minyak atau oil color adalah pigmen yang dicampur dengan linseed oil, yaitu minyak yang dibuat dari biji tumbuhan sejenis rami. Cat minyak digunakan pada kain, kanvas, lena, katun dan karton.
4). Tempera
Teknik ini menggunakan cat tempera, yaitu cat yang pigmennya dicampur dengan emulsi (campuran antara air dan lemak). Ada dua jenis tempera, yaitu tempera kuning telur dan tempera kazein (zat protein pada susu/ bahan pembuat keju). Bahan pengencernya adalah air, tetapi setelah kering tidak lagi larut dalam air. Penggunaannya pada kain, kertas, panil kayu dan kanvas.
5). Achrilic
Bahan cat achrilic adalah ramuan pigmen dengan polymenthyl/ metrhacrylate, caranya melukis dengan cat zander bind middel (tanpa zat pengikat, tanpa larutan yang menyatukan butir-butir pigmen).
6). Fresco
Teknik fresco ada dua macam, yaitu fresco buono dan fresco secco. Fresco buono merupakan lukisan yang dibuat pada permukaan wet lime (lepa tembok yang masih basah), sedangkan fresco secco dibuat pada lapisan dinding yang sudah kering, warna/ cat yang digunakan diramu dengan menggunakan emulsi telur, sehingga lukisan fresco ini tergolong lukisan tempera.
7). Encaustic
Encaustic painting adalah teknik melukis dengan burnt in wax color, yaitu pigmen dicampur malam lebah dan digunakan pada saat masih panas atau masih dalam keadaan meleleh, alat untuk melukisnya adalah pisau/ palet. Pada teknik ini yang terpenting adalah peleburan pigmen dalam malam yang cair dan dalam keadaan meleleh ini harus bisa dipertahankan sampai seluruh lukisannya selesai.
8). Graffito
Graffito adalah menggores gambar pada permukaan dinding, tekniknya yaitu permukaan disapu warna terlebih dahulu, sebelum kering disapu warna lagi dua kali dengan menggunakan limewash (oksida kalsium), setelah itu gambar dibuat diatas lime itu, atau tepatnya garis-garis dibuat goresan sehingga lapisan limenya menjadi terbuka dan warna-warna dibawahnya menjadi kelihatan.
9). Frottage
Frottage adalah teknik membuat gambar dengan atau dari tekstur tertentu, misalnya permukaan kayu, batu, kain dan lain-lain. Cara menggambar dengan frottage ini adalah dengan meletakkan kertas di atas permukaan benda yang bertekstur, kemudian kertas digosok dengan pensil atau krayon. Hasil dari teknik frottage ini juga dinamakan frottage.
10). Decalcomania
Decalcomania adalah teknik menggores cat yang masih basah, kemudian ditekan diantara dua permukaankanvas/ kertas. Cara membuatnya yaitu selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudaian ditekan dengan lembar kertas yang lain, kemudian dilepaskan kembali. Hasil dari teknik ini biasanya adalah gambar yang menyerupai bunga, endapan mineral atau bunga karang.
11). Grattage
Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca dan lain sebagainya. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah, yang sudah disapukan pada permukaan kanvas.
12). Collage
Collage adalah berasal dari bahasa Prancis yang berarti menempel dengan menggunakan perekat/ pappier coles. Teknik ini adalah membuat gambar dengan menempelkan kertas yang berisi tulisan maupun gambar dengan perekat pada kanvas dan lain-lain.
13). Assemblage
Merupakan teknik melukis dengan menggunakan tekstur yang tebal, ketiga dimensiannya sangat menonjol, sehingga kadang-kadang teknik ini digolongkan dengan seni patung.