DESAIN DAN KOMPOSISI

Desain, ditinjau dari asal katanya berasal dari kata dalam bahasa Inggris "design". Kata design ini sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu "designare". Kata designare ini dapat diartikan "memberi tanda batas". Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa kata desain berasal dari kata disegno (Italia) yang berarti gambar rencana sebelum membuat patung atau lukisan.
Desain, dalam kaitannya dengan seni rupa artikan sebagai suatu aktivitas kreatif untuk memilih, menyusun, menata atau marancang unsur-unsur visual dengan baik agar hasilnya menjadi sebuah karya yang bernilai estetis.

I. Desain Dasar (Nirmana)

A. Pengertian Nirmana
Nirmana ( nir=tiada dan mana= makna, nirmana= tiada makna, artinya membuat desain yang tidak ada maknanya, yang diutamakan hanya keindahan secara fisik)adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana dapat juga diartikan sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra yang harus mempunyai nilai keindahan. Nirmana disebut juga ilmu tatarupa.
Sumber : Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Yogyakarta 2005

B. Unsur-unsur Visual
1. Titik
Titik adalah unsur visual yang paling sederhana karena paling minim kondisinya. Titik merupakan suatu bentuk kecil yang umumnya berupa bundaran sederhana, mampat, tak bersudut dan tanpa arah. Titik dapat pula disebut sebagai noktah atau spot. Noktah terbentuk dari dua permukaan benda yang bersentuhan yang meninggalkan bekas atau noda, misalnya tetesan tinta atau cat pada kertas dan sebagainya.

2. Garis
Garis adalah unsur kedua setelah titik. Garis dapat diartikan sebagai suatu hasil goresan atau batas limit suatu permukaan benda, masa, ruang atau warna . Garis dapat pula diartikan sebagai sederetan titik-titik yang saling bertautan, memanjang dan memiliki suatu arah.
Berdasarkan bentuk atau wujudnya, garis bisa dibedakan menjadi garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag, garis patah-patah, garis bergelombang, garis spiral dll. Berdasarkan arahnya, garis bisa dibedakan atas garis vertikal, garis horizontal, garis diagonal, garis diametral, garis parabola dll.
Jenis garis ada dua yaitu garis nyata dan garis semu/sugestif. Garis nyata adalah garis yang benar-benar dibuat atau sengaja dibuat, misalnya garis-garis pada sebuah gambar. Garis semu adalah garis yang tampak oleh suatu kegiatan yang tujuan sebenarnya tidak membuat garis. misalnya dua buah papan yang dirapatkan, di antara dua sisi papan yang saling bertemu tersebut akan tampak seolah-olah ada garis. Garis semu dapat juga berupa garis kesan, misalnya bayangan suatu benda yang bentuknya memanjang, suatu benda yang tampak dari kejauhan.

3. Bidang/shape
Bidang atau shape adalah suatu bentuk dua dimensi (pipih,tidak memiliki ketebalan), mempunyai panjang dan lebar, mempunyai arah dan dibatasi oleh garis. Bidang ini ada 2 jenis, yang pertama adalah bidang yang beraturan dan terukur yang sering disebut sebagai bidang geometris. Bidang yang kedua adalah bidang yang bebas, tidak beraturan, tidak terukur dan cenderung menyerupai bentuk yang ada di alam atau organis (tumbuhan, hewan, manusia dsb). Bidang yang kedua ini sering disebut sebagai bidang biomorphic.

4. Bentuk atau Gempal/form
Bentuk atau gempal atau form umumnya merupakan susunan beberapa bidang. Bentuk memiliki ketebalan, bervolume (3 dimensi). Bentuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bentuk beraturan dan bentuk tak beraturan. Bentuk beraturan dinamakan bentuk geometric, sedangkan bentuk tak beraturan disebut bentuk biomorphic.

5. Ruang ( Space)
Ruang dimaksudkan adalah ruang kosong (ruang yang tidak ditempati suatu unsur) pada karya 3 dimensional, sedangkan pada karya 2 dimensi, ruang adalah jarak antara unsur visual satu dengan unsur visual lain. Tujuan sebuah desain diberi ruang agar karya tidak terlalu padat dalam penempatannya pada suatu desain dan menjadikan sebuah obyek menjadi dominan.

6. Warna
Warna merupakan unsur visual yang sangat penting peranannya. Apakah arti warna yang sebenarnya?
Warna dalam ilmu Fisika dapat diartikan sebagai sifat cahaya yang dipantulkan suatu benda. Secara fisik, warna dapat dipancarkan oleh panjang gelombang. Cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik.

Cahaya yang dapat ditangkap indera manusia mempunyai panjang gelombang antara 380 sampai dengan 780 nanometer. Proses terlihatnya warna adalah disebabkan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah warna.

Warna berdasarkan ilmu bahan adalah pigmen. Benda dapat berwarna merah karena adanya sifat pigmen benda tersebut yang memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Warna hitam terlihat karena adanya sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Suatu benda dapat berwarna putih disebabkan sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi.

Warna memiliki fungsi antara lain:

a. Warna sebagai warna, artinya kehadiran warna tersebut hanya sebagai tanda suatu benda yang dapat membedakan benda yang satu dengan benda lain.


b. Warna sebagai representasi alam, artinya kehadiran suatu warna merupakan penggambaran sifat objek secara nyata. Misalnya warna hijau untuk menggambar daun, warna merah untuk menggambar darah, warna biru untuk menggambarkan langit dan lainsebagainya.

c. Warna sebagai lambang atau symbol.
Kehadiran warna merupakan lambang sesuatu yang merupakan kebiasaan atau pola umum. Warna pada rambu-rambu lalu lintas, warna kain bendera, warna sampul surat merupakan beberapa contoh fungsi warna sebagai simbol atau lambang ini.

C. Penyusunan Unsur Visual/Komposisi

Penyusunan merupakan suatu proses pengaturan atau disebut juga komposisi dari bentuk-bentuk menjadi satu susunan yang baik. Ada beberapa aturan yang perlu digunakan untuk menyusun bentuk-bentuk tersebut. Walaupun penerapan prinsip-prinsip penyusunan tidak bersifat mutlak, namun karya seni yang tercipta harus layak disebut karya yang baik. Perlu diketahui bahwa prinsip-prinsip ini bersifat subyektif terhadap penciptanya.
Dalam ilmu desain grafis, selain prinsip-prinsip diatas ada beberapa prinsip utama untuk tujuan komunikasi dari sebuah karya desain.


Prinsip – prinsip Penyusunan Unsur-unsur Visual
1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan adalah sebuah keterpaduan. Kesatuan dalam sebuah karya rupa memiliki peranan agar tidak terlihat tercerai-berai atau kacau-balau, ysehingga terasa nyaman jika dipandang. Prinsip ini merupakan prinsip hubungan antara satu unsur visual dengan unsur visual lain. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai.

2. Keseimbangan (Balance)
Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar dapat dinikmati dengan baik. Keseimbangan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani. Untuk lebih mudah memahaminya, karya seni diibaratkan memiliki dua bagian yang sama, yaitu bagian antara kanan dan bagian kiri. Selanjutnya tinggal dilihat bagian kanan dan bagian kiri tersebut. Jika di bagian kanan dan kiri itu terasa memiliki berat yang sama, maka karya tersebut bisa dikatakan seimbang. Jika bagian kanan dan kiri terasa lebih berat salah satunya, maka karya tersebut dikatakan tidak seimbang.
Keseimbangan dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Keseimbangan simetris
Suatu karya dikatakan memiliki keseimbangan simetris jika keadaan pada sisi kanan dan sisi kiri tersebut terlihat sama persis.
b. Keseimbangan asimetris
suatu karya dikatakan memiliki keseimbangan asimetris jika keadaan pada sisi kanan dan sisi kiri dari karya tersebut berbeda, namun jika dirasakan tetap sama beratnya.
c. Keseimbangan radial
Suatu karya dapat dikatakan memiliki keseimbangan radial, jika karya tersebut memiliki kesamaan antara bagian atas, bagian bawah, bagian kanan, dan bagian kirinya.
3. Irama (Rhythm)
Pengertian irama dalam seni rupa adalah suatu pengulangan unsur-unsur visual. Unsur visual yang diulang dapat berupa titik, garis, bidang, maupun warna. Cara pengulangan unsur visual dibedakan menjadi 3:
a. Repetitif
repetitif adalah cara pengulangan yang sama, tetap atau stabil.
b. Progresif
Progresif adalah cara pengulangan yang cenderung meningkat, yaitu mengalami perubahan ukuran misalnya suatu bentuk yang dibuat pada suatu karya mula-mula berukuran kecil, kemudian bentuk tersebut diulangi lagi dengan ukuran yang agak besar, dibuat lagi dengan ukuran yang lebih besar lagi dan seterusnya hingga tampak suatu bentuk yang mengalami perubahan dari kecil ke besar. Pengulangan secara progresif ini tidak hanya diperoleh dengan mengubah ukuran saja, tetapi dapat pula dengan mengubah warna (misalnya warna pertama cerah, selanjutnya diulang dengan warna lebih gelap dan diakhiri dengan warna yang paling gelap.
c. Alternatif
Alternatif adalah pengulangan bentuk yang bergantian. Sama seperti jenis irama yang lain, irama alternatif ini dapat diperoleh dengan merubah ukuran, bentuk maupun warna. Misalnya (perubahan berdasarkan ukuran) suatu bentuk dibuat dengan ukuran kecil, kemudian bentuk tersebut diulangi dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran sebelumnya, lalu bentuk itu diulangi lagi dengan ukuran yang sama dengan bentuk yang dibuat pertama, kemudian diulangi lagi dengan uuran yang sama dengan bentuk yang kedua dan seterusnya.
4. Emphasis (Point of Interest)
Emphasis atau aksentuasi adalah membuat salah satu unsur yang berbeda dari unsur yang lain. Tujuannya adalah untuk menjadikannya sebagai pusat perhatian, sehingga jika karya dilihat secara keseluruhan tidak ada kesan monoton.
5. Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan –perbandingan yang tepat. Perbandingan ini mencakup perbandingan antara objek dengan ruang/bidang gambar dan perbandingan antar unsur visual dalam sebuah karya.
6. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan menuntut penciptaan karya yang tidak lebih dan tidak kurang. Kesederhanaan sering juga diartikan tepat dan tidak berlebihan. Pencapaian kesederhanaan mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa jenuh.